Kamis, 25 Desember 2008

BIBIT JAMUR KECAP

Kecap adalah cairan hasil fermentasi bahan nabati atau hewani berprotein tinggi di dalam larutan garam. Kecap berwarna coklat tua, berbau khas, rasa asin dan dapat mempersedap rasa masakan. Bahan baku kecap adalah kedelai atauikan rucah. Yang paling banyak diolah menjadi kecap adalah kedelai.
Mula-mula kedelai difermentasi oleh kapang (aspergillus sp dan Rhizopus sp) menjadi semacam tempe kedelai, kemudian “tempe” ini dikeringkan dan direndam di dalam larutan garam. Garam merupakan senyawa yang selektif terhadap pertumbuhan mikroba. Hanya mikroba tahan garam saja yang tumbuh pada rendaman kedelai tersebut. Mikroba yang tumbuh pada rendaman kedelai pada umumnya dari jenis khamir dan bakteri tahan garam, seperti Zygosaccharomyces (khamir) dan Lactobacillus (bakteri). Mikroba ini merombak protein menjadi asam-asam amino dan komponen rasa dan aroma, serta menghasilkan asam. Fermentasi tersebut terjadi jika kadar garam cukup tinggi, yaitu antara 15 sampai 20%.
Kecap dibuat melalui fermentasi campuran kedelai dan padi-padian sperti gandum dan penambahan garam. Ada kecap yang dibuat dengan metode kimia dengan menggunakan asam untuk menghidrolisis protein dan karbohidrat. Pada pembuatan kecap dengan fermentasi biasa memanfaatkan jamur Aspergillus oryzae maupun Aspergillus sayoe. Untuk memperbanyak jamur ini caranya secara singkat adalah sebagai berikut:
Kedelai direbus sampai kulitnya mudah dikupas
Kedelai didinginkan kemudian dikupas kulit arinya
Kedelai yang sudah dikupas direndam selama 24 jam
Kedelai dikukus untuk sterilisasi
Kedelai didinginkan, kemudian diberi ragi (Aspergillus Oryzae)
Siapkan nampan yang sudah dilubangi, kemudian kedelai ditempatkan pada nampan
Tutup nampan tersbeut dengan plastic yang sudah dilubangi
Perevusab diusahakan pada suhu tinggi dengan waktu yang singkat. Penggunaan terigu mengurangi hasil nitrogen dalam kecap tetapi memberi citarasa dan aroma yang lebih baik.
Biakan starter harus dapat memberi aroma dan citarasa yang khas mempunyai kemampuan proteolitik, amilolitik yang tinggi dan mudah dibiakkan. Biakan murni mula-mula dibiakkan pada nasi terisah 3-5 hari pada suhu 30 0 Csampai nasi tertutup spora kemudian dikumpulkan. Penggunaan starter 0.1 – 0.1 % untuk menginokulasi campuran kedelai dan terigu. Campuran yang telah diinkulasi kemudian diratakan dalam kotak kayu setebal kurang lebih 5 cm diinkubasi pada suhu ruangan. Setelah 24 jam campuran tertutup kapang yang berwarna putih. Dengan laju pertumbuhan kapang, suhu campuran menjadi naik sampai 40 0 C atau lebih. Oleh karena itu perlu dibalik dan berulang-ulang diaduk. Untuk mempertahankan suhu lengas dan aerasi yang seragam, campuran harus bebas dari gumpalam untuk menekn pertumbuhan bakteri sekecil mungkin. Dengan naiknya waktu inkuasi, kapang tumbuh terus dan pertumbuhan berubah menjadi kuning dan hijau. Lengas campuran turun secara perlahan. Setelah inkubasi 72 jam campuran berkapang siap digunakan.

Rancangan Penyuluhan Pemanfaatan Urin Sapi Sebagai Pupuk Organik Terhadap Produksi Jagung (Zea mays L) Varietas Arjuna di Kecamatan Besuki Kabupaten S

RINGKASAN

Heri Susanto (07. 1. 2. 04. 0595) Jurusan Penyuluhan Pertanian. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang, Juni 2008. (Dibawah bimbingan Drs. Sudjianto, M.Pd dan Achmad Nizar SST.,M.Sc)
Kaji widya bertujuan untuk menetapkan penggunaan urin sapi sebagai pupuk organik cair yang tepat dalam proses pertumbuhan dan produksi jagung varietas Arjuna. Penggunaan urin sapi sebagai pupuk organik cair ditetapkan sebagai materi penyuluhan dengan memperhatikan kondisi sasaran maka ditetapkan teknik, media dan metoda dalam suatu rancangan penyuluhan yang diharapkan dapat memberikan peningkatan pengetahuan pada petani jagung tentang penggunaan urin sapi sebagai pupuk organik cair yang mampu mempertahankan hasil produksi jagung.
Kaji widya dilaksanakan dilahan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang, tepatnya pada lahan instalasi peternakan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang pada ketinggian ± 450 dpl, dengan curah hujan rata- rata 277 mm/bulan, dan kelembaban 83% (Data Klimatologi Kabupaten Malang, 2007). Kaji widya dimulai pada akhir bulan Januari sampai dengan akhir bulan April 2008, menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan Ao (Tanpa pupuk urin sapi/ control = Urea: 50 g/2 m2, SP-36: 40 g/2 m2 dan KCL: 15 g/2 m2), perlakuan A1 200 cc pupuk urin sapi, perlakuan A2 400 cc pupuk urin sapi, perlakuan A3 600 cc pupuk urin sapi.penggunaan urin sapi sebagai pupuk organik cair pada perlakuan A1 (200 cc dengan pengenceran air 2 liter) mampu mempertahankan nilai produksi jagung varietas Arjuna dengan nilai produksi pipilan keringnya (ppk) adalah 58,73 Kw/Ha jika dibandingkan dengan nilai produksi jagung vatietas Arjuna menggunakan pupuk anorganik dengan nilai produksi pipilan keringnya (ppk) yang berkisar antara 50-60 Kw/Ha.
Dengan demikian perlakuan A1 (200 cc dengan pengenceran air 2 liter) ditetapkan sebagai materi dalam penerapan Rancangan Penyuluhan dengan spesifikasi: (1) materi sesuai dengan kondisi wilayah yaitu untuk mempertahankan nilai produksi jagung dengan menggunakan pupuk organik. (2) sasaran pada kontak tani dan petani terutama yang sering menanam tanaman palawija utamanya tanaman jagung dengan tingkat pendidikan SD sampai dengan SLTA. (3) komunikator adalah pelaksana kaji widya. (4) metode adalah ceramah, diskusi dan demonstrasi cara dengan tehnik pendekatan kelompok dan tehnik komunikasi secara langsung. (5) media yang digunakan adalah folder, foto hasil kaji wdya dan benda sesungguhnya. (6) evaluasi, untuk mengukur peningkatan pengetahuan dan daya serap materi oleh petani sasaran

Kata kunci: Rancangan penyuluhan, Urin sapi, pupuk organik, produksi jagung.

ADOPSI PEMANFAATAN URINE SAPI POTONG

RINGKASAN KIPA

Antonius Tira
Nirm. 07.2.2.04.0649
Pembimbing I : Ir. Rochin
Pembimbing II : Yudi Rustandi, SST.

Karya Imiah Penugasan Akhir (KIPA) ini dilaksanakan di Desa Asmorobangun mulai tanggal 3 Maret 2008 sampai 12 Juni 2008 dan kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 3 - 4 Maret 2008.
Pelaksanaan program kegiatan penyuluhan dilaksanakan di Balai usahatani Kelompok Tani Gangsar Makmur pada tanggal 3 – 4 Maret 2008; Sasaran penyuluhan yaitu anggota Kelompok Tani Gangsar Makmur (peternak sapi potong yang juga memiliki usahatani tanaman jagung) berjumlah 10 orang; Materi penyuluhan kandungan urine sapi, peran Efektif Microorganisme (EM-4), kandungan pupuk organik cair dan kelemahan pupuk organik cair dan cara pembuatan serta penggunaan bio urine pada tanaman jagung; Tujuan penyuluhan adalah meningkatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan responden penyuluhan tentang pemanfaatan urine sapi potong sebagai pupuk organik cair (bio urine); Metode penyuluhan menggunakan metode pendekatan kelompok dan individu; Tehnik penyuluhan dengan ceramah, diskusi dan demonstrasi cara; Media penyuluhan yang digunakan adalah folder, peta singkap dan benda asli.
Pelaksanaan kegiatan demonstrasi cara (metode dan teknik penyuluhan) yang difungsikan sebagai fasilitas bagi sasaran penyuluhan dalam memahami suatu informasi, melalui demonstrasi cara sasaran penyuluhan dapat lansung terlibat dalam kegiatan dan secara lansung mengetahui suatu informasi teknologi. Sampel yang diambil dalam kegiatan demonstrasi cara adalah petani tanaman jagung yang memiliki ternak 2 – 5 ekor dengan jumlah 5 orang, dengan luas lahan yang dipergunakan 2 x 2 meter (1x1 meter tanaman jagung dengan perlakuan pupuk bio urine dan 1x1 meter tanaman jagung tanpa perlakuan pupuk bio urine) untuk setiap sampel kegiatan demonstrasi cara. Hasil dari demonstrasi cara adalah tanaman jagung yang diberikan bio urine memiliki rata-rata berat produksi buah 0,9572 kg/m2/sampel dan rata-rata berat produksi tebon 4,84 kg/m2/sampel; Tanaman jagung yang tidak diberikan bio urine memiliki rata-rata berat produksi buah 0,7444 kg/m2/sampel dan rata-rata berat produksi tebon 3,02 kg/m2/sampel.
Kegiatan evaluasi akhir dalam kegiatan penyuluhan dalam bentuk evaluasi tahapan adopsi sasaran penyuluhan. Evaluasi akhir difungsikan untuk mengetahui sejauh mana tahapan adopsi sasaran penyuluhan tentang pemanfaatan urine sapi potong sebagai pupuk organik cair (bio urine) terhadap tanaman jagung di Kelompok Tani Gangsar Makmur Desa Asmorobangun Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Adapun hasil evaluasi tahapan adopsi adalah 100 % (10 orang) responden mencapai tahapan sadar, 100 % (10 orang) responden mencapai tahapan minat, 100 % (10 orang) responden mencapai tahapan menilai, 100 % (10 orang) responden mencapai tahapan mencoba dan 100 % (10 orang) dari jumlah responden penyuluhan belum mencapai tahapan menerapkan (adopsi). Melalui analisis proses penerapan adopsi menggambarkan 80 % (8 orang) responden penyuluhan termasuk dalam golongan pelopor (Innovator), karena responden penyuluhan rata-rata berusia lanjut dan lebih cenderung menganggap keputusan yang akan dilaksanakan belum bisa dianggap benar.